Rabu, 11 Februari 2015

Crossover: Rekti The SIGIT

image
Iyo dari Pure Saturday dan Rekti dari The SIGIT. (Foto: Bayu Adhitya)
 
 Bandung - Mungkin suasana Selasar Sunaryo penyebabnya. Pusat budaya, ruang seni, dan juga kafe bersuasana sejuk di utara kota Bandung itu adalah tempat dua orang teman berbincang dan membicarakan hal-hal bertema budaya.

Cukup unik, karena ketika membicarakan hal-hal budaya tersebut, Satria ‘Iyo’ Nurbambang, vokalis Pure Saturday, berbicara dengan semangat namun dengan perban putih yang melingkar di kepala. Seminggu sebelum wawancara berlangsung, ia terkena musibah. Saat itu ia dan dua temannya sedang bercengkerama di Camden Bar & Lounge, Bandung, setelah menghadiri pesta pernikahan seorang teman.

Ia tiba-tiba dipukul oleh oknum yang disinyalir sebagai aparat kepolisian yang tengah membubarkan bar akibat melanggar peraturan jam malam yang kini sedang diberlakukan untuk tempat hiburan malam di kota Bandung. Namun hal ini dibantah oleh pihak kepolisian yang dalam pernyataannya mengatakan bahwa Iyo dipukul oleh salah satu pengunjung bar.

Akibat kejadian itu, Iyo sempat mendekam di rumah sakit dengan 21 jahitan di keningnya yang sobek, dan hingga kini tidak ada pihak yang mau bertanggung jawab. Dunia maya telah dibanjiri dukungan terhadap Iyo dari para sahabat dan kecaman pada yang berwajib.

Namun di balik kemarahannya, Iyo masih mampu untuk santai dan tertawa walau ia merasa telah menjadi korban dari situasi politik di Bandung. Rektivianto Yoewono, vokalis The SIGIT yang kali ini mewawancara Iyo, merasa takut dengan sosok polisi. “Dari zaman dulu anak muda Bandung pernah punya sejarah buruk dengan polisi. Dan terus terang gue takut dengan sosok polisi. Gue rakyat yang ke mana-mana tidak bawa senjata. Sedangkan mereka membawa senjata. Apabila terjadi friksi yang negatif, sudah pasti gue akan jadi korban,” jelasnya.

Rekti berbicara dengan penuh analisis, sepertinya ia sudah terbiasa dengan itu. Selain sebagai rocker yang sangat populer di kancahnya, ia juga seorang sarjana program studi Meteorologi dari Institut Teknologi Bandung, dan pemegang gelar master di bidang Teknik Lingkungan. Ayahnya seorang dosen di ITB, jadi bisa dipastikan bibit analisis sudah menjadi bagian dari DNA-nya.

Iyo juga adalah seorang lulusan Seni Rupa ITB, dan sudah mengenal Rekti semenjak ia SMP. Rekti termasuk penggemar hasil-hasil tangan dingin Iyo, salah satu eksponen terpenting dari perkembangan subkultur kota Bandung. Iyo bersama kawannya membangun sebuah majalah gaya hidup yang ‘memberontak’ bernama Ripple. Ia juga bermain rock & roll di Teenage Death Star, band garage/punk, lalu menjadi manajer Pure Saturday, legenda Indie Bandung, dan pada akhirnya menjadi vokalisnya.

Dua pria yang saling mengagumi ini berbincang mengenai budaya, pengalaman tinggal di luar negeri, hingga kasus yang menimpa. Tetap dengan kepala dingin, logat Sunda yang sarat kata ‘anjing’ namun dengan analisis tajam dan penuh pengalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar